Welcome Guest
Wednesday
2024-04-24
7:23 PM

Beranda Respati Wikantiyoso

Site menu
Login form
Section categories
Arsip dan Kliping berita Koran [23]
Halaman ini berisi tentang beberapa cuplikan artikel yang ada di Koran yang berkaitan dengan steatmen dan wawancara dengan wartawan koran. Semoga bermanfaat



Your Visitors Number:


Sugar ticket oz

Since December 1st 2009

Search
8
Calendar
«  February 2012  »
SuMoTuWeThFrSa
   1234
567891011
12131415161718
19202122232425
26272829
Entries archive
Our poll
Rate my site
Total of answers: 37
Site friends
  • Create your own site
  • Statistics

    Total online: 1
    Guests: 1
    Users: 0
    Local Wisdom

    Create Your Badge


    BARU TERBIT


    BUKU BARU: LOCAL WISDOM
    Baca Kata Pengantar

    'City is not a Problem, City is Sollution'(Jaime Lerner)







    Web Badan Pengembangan dan Penaminan Mutu Unmer
    Main » 2012 » February » 14 » Banjir Karena Sungai hilang
    3:53 PM
    Banjir Karena Sungai hilang


    MALANG - 13 Frebuari 2012
    Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Malang langsung meneliti penyebab banjir yang merendam Kota Malang, Minggu (12/2). Penyebabnya masih sama, yakni banyaknya bangunan liar yang menyebabkan penyempitan saluran drainse. Selain itu semakin terbatasnya saluran pengaliran air di berbagai kawasan di kota pendidikan ini.
    Kadis PU, Ir Hadi Santoso menjelaskan, penyebab banjir di Jalan Gajayana dan sekitarnya, termasuk kawasan Sumbersari disebabkan sejumlah faktor. Diantaranya terjadi penyempitan dwiker atau jembatan kecil.
    ‘’Hal ini teridentifikasi ketika kami meneliti langsung di lokasi saat hujan kemarin (12/2),’’ jelasnya.
    Kondisi itu diperparah lagi dengan tak normalnya aliran sungai di sekitar Jalan Bendungan Sutami. Di kawasan ini sebenarnya terdapat dua sungai, namun sejak lama tersisa satu sungai saja.
    Sony, sapaan akrab Hadi Santoso mengatakan, sebenarnya kondisi sungai dan aliran drainase yang telah mengalami perubahan peruntukan itu bisa diatasi. Yakni dengan cara membuat gorong-gorong yang menghubungkan ke Jalan Galunggung, hingga membuat sudetan ke arah sungai di kawasan Dieng.
    Begitu pula di kawasan Kedawung terjadi banjir karena persoalan ketaksesuaian peruntukan saluran drainase. Pantauan Malang Post, memang sejumlah bangunan menyempitkan sungai kecil yang melintas. Sudah begitu, aliran pembuangan air ke arah timur, seperti kawasan Ciliwung dan sekitarnya yang bisa mengakses ke Sungai Bango juga sangat terbatas.
    Salah satu contohnya, terhalang rel kereta api. Untuk diketahui UU No 23 Tahun 2007 tentang Perkeretapian memang mensterilkan rel kereta api dari bangunan lain, kecuali harus mengajukan izin ke kantor pusat PT KAI di Bandung.
    Namun demikian, menurut dia, sebenarnya persoalan ini bisa diatasi dengan cara membuat gorong-gorong di sekitar Jalan Soekarno Hatta. Sehingga, aliran air dari kawasan barat bisa dilairkan ke Sungai Bango melalui gorong-gorong tanpa harus mengalir ke kawasan Kedawung. Atau bisa juga membuat gorong-gorong dari Kedawung mengarah ke selatan lalu mengakses ke sungai di sebelah Mapolres Malang Kota.
    Agar tak jadi sasaran banjir, Soni mengimbau warga agar tak membuang sampah di saluran drainase dan sungai. Tujuannya untuk mencegah proses sedimentasi atau pendangkalan. Selain itu jangan membangun diatas saluran drainase maupun di sungai dengan berbagai jenis bangunan yang menyebabkan penyempitan.
    Terpisah, Pakar Tata Kota Universitas Merdeka (Unmer) Malang, Prof Dr Ir Respati Wikantiyoso menyebut hal yang sama sebagai penyebab banjir. Yakni ada masalah pada saluran air karena aktivitas pembangunan di kawasan tersebut.
    ‘’Dulu Pulosari tiba-tiba banjir dan setelah dicek ternyata ada masalah pada saluran airnya, dan saya melihat kondisi di Ciliwung kemarin indikasinya karena masalah yang sama,’’ ungkapnya.
    Dijelaskannya saluran irigasi alamiah seperti sungai-sungai yang mengalir di sepanjang kawasan Ciliwung sampai Letjen Sutoyo ini dikhawatirkan terjadi penyempitan. Karena ada penyempitan maka kapasitasnya pun menjadi kecil dan tidak mampu lagi menampung limpahan air hujan.
    Bisa jadi pembangunan diatas lahan yang dekat dengan aliran sungai ternyata mempersempit kapasitas sungai. ‘’Perlu dilakukan evaluasi terhadap irigasi alamiah yang ada di sana,’’ tegasnya.
    Ia berharap pemerintah bisa lebih memperketat aturan pembangunan yang memanfaatkan lahan di dekat sungai. Sehingga tidak sampai mengurangi kapasitas sungai yang ada.
    Sementara itu pakar banjir ITN Malang, I Wayan Mundra menuturkan hujan yang turun sekitar 2 jam di Kota Malang kemarin memang memiliki intensitas curah hujan yang tinggi. Disisi lain, kondisi Kota Malang secara umum semakin tertutup ruang terbuka hijau (RTH) nya.
    ‘’Resapan alam semakin berkurang, sementara kesadaran masyarakat terhadap saluran air bersih juga rendah,’’ ungkapnya.
    Menurutnya masyarakat belum siap dengan sistem drainase model tertutup yang sulit dibersihkan setiap saat. Padahal kebiasaan masyarakat masih suka membuang sampah di saluran air.
    ‘’Resapan buatan dibutuhkan untuk menampung air agar tidak melimpah ke jalan, tapi sistem drainase yang baik juga sangat dibutuhkan,’’ tegasnya.
    Pakar ITN, Dr Ir Kustamar MT mengungkapkan curah hujan tidak bisa disalahkan jika ada kejadian banjir. Idealnya memang Kota Malang mulai membuat sumur resapan di tiap rumah untuk menampung air hujan.
    Pembangunan sumur resapan cantik (SRC) yang digagasnya bisa menjadi solusi diatas lahan yang terbatas seperti di Kota Malang. Dinamakan cantik karena modelnya berbeda dengan sumur biasa. SRC merupakan modifikasi dari sumur resapan konfensional dengan tujuan mendapatkan sumur resapan yang secara hidrologis dapat berfungsi dengan baik, bisa tampil di tempat terbuka, serta murah dan mudah dilaksanakan.
    ‘’SRC ini menjadi solusi untuk keterbatasan luas lahan di daerah pemukiman padat penduduk,’’ ungkap Kustamar.
    Di Kota Malang SRC sangat mungkin dibuat untuk mengatasi banjir. Asalkan semua warga berpartisipasi membuat di pekarangan atau depan rumahnya. Dan pemerintah juga membuat pada kawasan fasilitas umum.
    Jika dibuat secara massal, biayanya sebesar Rp 1,5 juta. Lahan yang dibutuhkan luasnya 1,5 m x 1,5 m. Hanya saja ia mengingatkan saluran drainase yang berfungsi baik masih diperlukan untuk menyalurkan air yang tidak tertampung di sumur. (van/oci)
     
    Artikel asli: Banjir Karena Sungai hilang
    Category: Arsip dan Kliping berita Koran | Views: 2273 | Added by: reswick | Rating: 4.0/1
    Total comments: 0
    Bagikan