2024-03-29
8:30 AM
Beranda Respati Wikantiyoso
Site menu |
Login form |
Sugar ticket oz
Since December 1st 2009
Search |
Calendar | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Entries archive |
Our poll |
Site friends |
Statistics |
Total online: 1 Guests: 1 Users: 0 |
Create Your Badge
5:54 AM PRAWACANA, Local Wisdom sebuah harapan... |
Pada hakekatnya lingkungan binaan adalah suatu bentuk pengelolan, pengolahan (melalui planning dan design) yang dilakukan oleh manusia, atau sekelompok manusia sebagai suatu entitas budaya tertentu untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Beberapa ahli kebudayaan, sosial, perencana maupun perancang arsitektur pada hakekatnya sepakat bahwa dari beberapa bentuk lingkungan binaan sebagai suatu perujudan fisik suatu budaya komunitas tertentu sarat akan nilai – nilai (sosio-kultural maupun ekologis) yang dapat dijadikan best practices dalam perancangan lingkungan binaan. Penggalian lesson learnt (konsepsi, aplikasi, implementasi dan kebijakan) atas wujud rupa lingkungan binaan baik (tradisional maupun modern) memerlukan suatu "kearifan” tersendiri dalam pemahamannya Lingkungan binaan sebagai suatu kesatuan entitas budaya yang didalamnya terkandung unsur – unsur manusia, alam, serta perwujudan budaya fisik (termasuk arsitektur), maka pemaknaannya harus harus mengikuti kompleksitas unsur – unsurnya. Pemahaman bahasa alam, manusia dan arsitektur sebagai salah satu upaya untuk menggali potensi atas pengetahuan lokal (indegenous knowledge), sebagai wujud kearifan lokal yang telah teruji mampu menjaga keseimbangan kehidupan komunitasnya secara harmoni, lestari dan berkelanjutan. Sebagai suatu gagasan (konsep) dengan berbagai wujud implementasi spatialnya, kearifan lokal suatu komunitas akan terus tumbuh berkembang dalam kesadaran masyarakatnya. Sehingga perujudan budaya fisiknya (arsitektur misalnya) semestinya bukan sesuatu yang harus stagnan atau memusakan arsitektur (meninjam istilahnya pak Josef). Kalaupun faktanya arsitektur tradisional mampu eksis dalam kekinian, hal ini bisa terjadi karena perwujudan kearifan lokal telah mentradisi dan berlangsung secara turun menurun sehingga mampu secara konsisten dijaga dan menjadi suatu identitas masyarakat. Dengan demikian penggalian konsepsi kearifan lokal tidak cukup hanya dengan melihat budaya fisiknya secara massif, tetapi harus dipahami latar belakang sosial budaya komunitasnya sebagai suatu kesatuan hidup. Proses pemahaman seperti ini akan mampu melihat konteks local wisdom secara holistic, sehingga potensi lokalitas tersebut dapat dipahami sebagai suatu konsepsi lokal yang bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh masyarakat (Antariksa, 2009). Pemahaman budaya fisik secara steril memang akan memunculkan suatu kesan upaya untuk mem-pusaka-kan (Prijotomo, 2009) suatu warisan. Akan lebih bijaksana apabila kita mampu menggali pengetahuan lokal (indigenous knowlwdge), sehingga esensi desain akan lebih membuka peluang terhadap upaya – upaya inovasi desain yang lebih kaya. Dalam hal ini diperlukan suatu perubahan mind set atau cara pandang dalam penggalian potensi kearifan lokal dalam perencanan dan perancangan lingkungan binaan. Sebenarnya ruhnya menjadi jelas bahwa penggalian potensi kekanyaan kearifan lokal sebagai "produk” budaya nusantara sebenarnya merupakan "proses” pemahaman bahwa dalam perencanaan dan perancangan lingkungan binaan harus bersifat "arif” dan "bijaksana” dalam melakukan "intervensi” fisik terhadap suatu entitas komunitas tertentu. |
|